By : Kajol Tavia
Seperti hari-hari biasanya, Lisa terbangun karena mimpi buruk pagi Itu. Dengan keringat yang membasahi tubuhnya, dia mencoba diam sejenak untuk menenangkan hatinya. Tak lama kemudian dia masuk kamar mandi, lalu berdandan untuk memulai kegiatannya.
"Lisa ...." Suara Andry sahabatnya terdengar begitu keras dari pelataran rumah Lisa.
"Iya tunggu sebentar" Jawab Lisa sambil membuka pintu, lalu berlari menuju Andry.
"Kamu sudah siap?" tanya Andry
"Entahlah, aku binggung ... memang tidak ada pilihan selain kesiapan kan?"
"Maksudku apa kau sudah siap untuk menjalani hari-hari selanjutnya setelah sidang ini ?"
"Entahlah, aku binggung ... memang tidak ada pilihan lain selain kesiapan kan ?" ulangnya dua kali.
"Kau mengatakan jawaban itu sudah dua kali, kamu mabuk ?" canda Andry.
Lisa hanya memandang wajah Andry, lalu tersenyum kecut.
Lisa di temani Andry menuju ke persidangan ayah Lisa, seseorang yang tersandung kasus korupsi. Dan persidangan ini adalah persidangan terakhir.
Tibalah Lisa dan Andry ke ruang persidangan, selama persidangan berlangsung Lisa hanya diam seperti patung. Andry tidak tau harus berbuat apa selain menggenggam tangan Lisa untuk menenangkan hati sahabatnya itu. Sampai akhirnya Lisa meneteskan air mata setelah mendengar bahwa Ayahnya terbukti bersalah dan di vonis tujuh tahun penjara dengan denda 300 juta rupiah.
Tangis Lisa semakin menjadi-jadi ketika suasana persidangan semakin ricuh, di karenakan beberapa orang tidak terima dengan vonis yang di jatuhkan kepada ayah Lisa, mereka berteriak bahwa hukumannya terlalu ringan untuk penjahat sekelas koruptor.
Berhari-hari setelah persidangan itu Lisa terlihat seperti perempuan yang tidak terawat, dia hanya menghabiskan hari-hari di rumah. Andry yang setiap hari datang ke rumah mencoba untuk mengajak Lisa keluar, tapi ia selalu menolak. Sampai akhirnya Andry mencobanya lagi untuk kesekian kalinya.
"Ayolah Lis, sampai kapan kamu menngurung diri di rumah terus. Sampai tujuh tahun kemudian?" tanya Andry
"Sepertinya iya, kamu mungkin bisa membantuku untuk kesini setiap hari dan membawakan ku makanan, hahhahaha " canda Lisa.
"Aku tidak mau, biarkan saja mati kelaparan, tidak usah tertawa dengan keadaan terpaksa. Aku benci melihatnya"
"Aku takut keluar rumah, entahlah" kata Lisa.
"Lisa, kamu keluar bersamaku, tidak sendrian"
"Andry, kamu mengatakannya seperti kamu tidak tahu masalah dan perasaanku. Ketika di persidangan kemarin mereka berteriak dan mengutuk ayahku. Dan aku rasa mereka mewakili masyarakat, aku hanya takut terhadap stigma masyarakat. Aku juga tahu, hanya kamu sahabatku dari kecil dan bahkan sampai saat ini, terima kasih untuk selama ini ndry. Setelah ibu sudah meninggal beberapa tahun silam, di tambah lagi ayahku sekarang di penjara aku tak tau lagi harus berlari kemana."
Andry hanya menatap Lisa kala itu, dia ingin sekali memeluknya untuk menenangkan hatinya untuk kesekian kali. Tapi lagi-lagi, perasaan gengsinya terlalu tinggi dan akhirnya dia hanya memegang tangan gadis manis itu.
"Aku selalu punya alasan untuk mengingkari perkataanmu, tapi kali ini kau ada benarnya. Tapi Lis, aku tidak yakin selama tujuh tahun kamu tinggal di rumah terus. Hai umurmu sudah 23 tahun, apa kau tidak mencari pacar dan menikah?" tanya Andry.
"Ehm kemarin aku sudah memikirkan hal itu, jika aku tidak punya pacar mungkin alangkah baiknya jika aku menikah denganmu hahhahhahha"
"Itulah hal yang aku takutkan, masalahnya aku tidak mau menikah dengan gadis yang jarang mandi seperti kamu"
"Ayolah, kita setiap hari bertemu kan? juga sudah saling mengenal satu sama lain. Kenapa kita tidak menikah saja? hhahahhaa"
"Gawat!!!"
Andry dan Lisa bercanda tawa sampai larut malam, di pelataran rumah Lisa. Ya, sejak kecil mereka menghabiskan waktu berrmain di sana, pelatarannya lumayan luas tetapi kotor dan agak gelap.
Keesokan harinya ...
Andry mengetuk pintu Lisa pagi itu, dan langsung di Buka oleh Lisa. Lisa terlihat sangat rapi, Andry bingung melihat ulah sahhabatnya itu.
"Gak pernah liat orang cantik" kata Lisa.
"Yayayayya ... aku pikir kamu bukan orang"
"Jahat ya, oh ya ... emang aku bukan orang. Aku ini bidadari yang jatuh dari kahyangan"
"Yayayaya ... bidadari yang sudah terkontaminasi dengan polusi, jadi gini ya"
"Sudahlah, aku bosan berdebat denganmu. Ayo pergi"
"Kemana?" tanya Andry.
"Kamu setiap hari mengajakku keluar emang kamu mau ajak aku kemana"
"Ke taman"
"Ya udah ke taman aja"
"Kamu gak takut?" tanya Andry.
"Entahlah, aku ingin mengatasi ketakutanku. Mendengarmu tidak ingin menikah denganku, aku berfikir mungkin aku harus keluar rumah untuk cari pacar"
"Hahahahahhaa" dia hanya menjawab dengan candaan.
Lisa di bonceng Andry dengan kendaraan matic meluncur sangat cepat, hingga mereka tiba di taman jam delapan pagi. Mereka mengikuti senam sebentar di taman itu, sebelum mereka jalan jalan berkeliling taman. Sampai akhirnya Lisa di kejutkan oleh seorang wanita kira kira berumur lima puluh tahun, wanita itu menggenggam lengan Lisa.
"Nama kamu siapa nak?", tanya wanita tua itu.
"Lisa bu?", jawab nya.
"Oh jadi kamu anak koruptor itu ya, yang ramai di tv itu kan? Jadi kamu anak didiknya koruptor itu? Bapak kamu tega banget ya", ucap wanita itu sambil berteriak hingga orang-orang di sekitarnya pun melihatnya.
Wanita itu terus saja menghina ayahnya, tetapi orang di sekitar hanya diam. Mungkin mereka tidak harus bertingkah seperti apa pada anak koruptor. Lisa sudah tidak kuat menahan tangis, di lihat dari matanya yang sudah berkaca-kaca.
"Ndry, pulang yuk " sambil menggenggam tangan Andry.
Andry langsung merangkul Lisa, dan menuju keparkiran tanpa menghiraukan wanita itu. Lisa dan Andry memutuskan untuk langsung pulang. Dan sesampainya di rumah Lisa ...
"Thanks buat hari ini ya ndry" kata Lisa.
"Aku malas pulang ke rumah, bagaimana jika kita bermain di penataran dulu?"
"Ini kan sudah malam"
"Lalu? Kali ini aku bermain petak umpet"
"Dasar masa kecil kurang bahagia" canda Lisa.
"Hei masa kecilku ku habiskan bersama mu, kamu yang jaga aku yang sembunyi" jawab Andry.
"Baiklah ..."
Tidak terasa mereka bermain petak umpet hingga jam lebih, Andry sudah lelah dan duduk di kursi.
"Ternyata kamu gampang capek ya ndry"
"Lisa,kamu gapapa kan?' tanya Andry.
"Yayayaya aku tau, tentang peristiwa tadi kan? Kamu tau ? sebenarnya aku takut keluar rumah lagi, jadi maukan besok kita bermain di pelataran ini saja?. Sebenarnya aku butuh hiburan untuk mengatasi bebanku, aku ingin keluar menonton bioskop, bermain ke taman, dan ke tempat-tempat yang aku suka. Tapi kali ini mungkin tak sebebas itu."
"Kamu hanya perlu bersabar, jadi sabar ya" pinta Andry
"Aku masih beruntung punya kamu, setidaknya kamu setiap hari menemaniku disini. Mungkin kamu adalah jawaban mengapa, Tuhan memanggil ibuku. Mungkin Tuhan tau bahwa aku masih punya pelindung yang lain di duni ini"
"Aku bukan pelindung terbaikmu Lis"
"Tidak ada manusia jadi pelindung terbaik, karena yang terbaik tetap Tuhan. Aku sudah merasa sabar tentang keadaanku kali ini, aku percaya tidak ada yang namanya kegelapan. Mungkin hanya kelam"
"Maksudnya?" tanya Andry
"Tidak ada yang membuat kehidupan manusia berada dalam kegelapan, kegelapan hanya manusia sendiri yang menciptakannya. Yang ada hanya kelam, seperti pelataran ini. Tempat kita bermain saat kecil hingga sekarang, meskipun pelataran ini tidak terang tapi kita merasa ini tempat terbaik untuk bermain. Sama halnya seperti hidup, sekelam apapun hidup kita memang apa yang terjadi adalah yang terbaik" ungkap Lisa
"Kamu dapat kata-kata itu dari film apa? hahahhaha"
"Film? sudahlah memang dari dulu kamu tidak pernah anggap aku dewasa. Sudahlah pulang dulu sana, sudah malam, bye!" sambil menutup pintu rumahnya.
Andry segera pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah ibu Andry menunggunya di depan pintu. Sebenarnya setelah ayah Lisa di vonis bersalah, ibu Andry kurang menyettujui jika mereka masih bersama meskipun tau Lisa tidak bersalah dalam hal ini. Tapi ibu Andry hanya ingin, anaknya tidak menjadi buah bibir masyarakat seperti Lisa.
"Kmau main ke rumah Lisa lagi?" tanya ibunya.
"Iya bu, tidak ada yang salah kan?"
"Sebenarnya tidak ada, tapi ibu hanya takut kamu jadi omongan orang nak"
"Bu, bagaimana jika masalah ini menimpa kepadaku, dan tidak ada seorangpun yang mau berteman denganku. Terlebih lagi Lisa sekarang tidak punya siapa-siapa."
"Ibu tau nak, ibu hanya menganjurkanmu untuk menjauhi Lisa, bukan menyuruhmu. Sekarang ibu terserah kamu, yang penting ibu sudah meperingatkan" ucap ibunya sambil meninggalkan Andry ...
Beersambung ...

Hallo guys, saya Kajol Tavia seorang warga Surabaya yang baik hati, dan tidak sombong. Kenalan yuk ... ..



